A. TUJUAN
1.
Mengenal berbagai jenis desinfektan.
2.
Mengetahui kekuatan suatu
desinfektan dalam mematikan maupun menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
B.
DASAR
TEORI
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai berbagai
macam senyawa kimia baik organik maupun anorganik bersifat racun terhadap jasad
renik. Sehubung dengan itu usaha manusia dalam mengatasi jasad renik. Penyebab
penyakit banyak dilakukan menggunakan bahan kimia. Senyawa kimia yang mematikan
jasad renik disebut dengan disinfektan. Disinfektan adalah zat kimia
yang mematikan sel vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk mikroorganisme
penyebab suatu penyakit. Beberapa kelompok utama disinfektan yaitu:
1.
Fenol dan persenyawaan penolat
2.
Alkohol
3.
Hidrogen
4.
Logam berat dan persenyawaannya
5.
Detergen
6.
Aldehid
7.
Kemosferilisator gas
8.
Oxidator
9.
Aerosol
10.
Yodium
11.
Zat warna
12.
Preparat Chlor
13.
Sabun
Cara kerja zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan merusak dinding,
mengubah permeabilitas sel, menghambat kerja enzim, menghambat seintesis
protein, dan asam nukleat dan sebagai anti metabolik.
Disinfektan digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan dan
kontaminasi dengan mikroba. Pengendalian yang dimaksud yang dimaksud artinya
semua kegiatan yang dapat membunuh, menghambat, dan sebagai anti metabolik.
Mikroorganisme yang dihambat mempunyai proses penghambatan
yang sama dan perbedaannya adalah sifat resisten yang berbeda-beda antara lain
mikroorganisme satu dengan yang lainnya. Sifat resisten ini dapat dipengaruhi
oleh kandungan lipid pada membran selnya. Teknik dan cara-cara yang digunakan
dapat dengan cara fibrik atau kimiawi diantaranya dapat menggunakan
senyawa-senyawa fenolik, alcohol, chlor, iodium, dan senyawa-senyawa lain yang
mempunyai ciri komposisi molekuler yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi.
Disinfektan merupakan proses yang mematikan semua
mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Disinfeksi mempunyai
daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan
sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses yang mencakup inakvikasi atau
mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi. Antiseptik dapat bersifat
bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses bakteri kostatik hanya menghentikan
pertumbuhan bakteri. Istilah disinfeksi dan antiseptis secara umum sulit
dibedakan, sehingga penggunaanya boleh dikatakan sinonim.(Lay,1990)
Komponen-komponen disimpektan terdiri dari:
- Garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen ammonium yang terdiri dari empat bagian.
- Adanya unsur radikal dalam gram atau basa tersebut.
- Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat (Dwidjoseputro,1984).
Menurut Pelzar dan Chan menyatakan bahwa bakteri yang lebih
muda kurang daya tahannya terhadap, disinfektan jika dibandingkan bakteri yang luar
yang memberikan hasil zona hambat yang terbentuk. Hal ini juga sesuai dengan
sifat dari dinding sel dari bakteri.
Struktur dinding bakteri gram positif adalah tebal dan
berlapis tunggal dengan kandungan peptidoglikan yang tinggi serta lebih
resisten terhadap gangguan fisik maupun kimia dibandingkan dengan struktur
dinding sel dari kedua jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri gram
negatif. Permeabilitas dinding sel dari jenis bakteri ini jelas berbeda karena
bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan lebih sedikit sehingga memiliki
pori-pori yang besar dibanding gram positif sehingga bakteri gram positif lebih
rentan terhadap antibiotik. (Lehninger, 1982)
Rusaknya membran sitoplasma berkaitan dengan tegangan
permukaan yang mempengaruhi lapisan / membran sel dari bakteri yang bersifat
elatis. Tegangan permukaan tersebut akan diteruskan kedalam membran sitoplasma
kemudian sel beradaptasi di dalamnya. Adanya diinfeksi yang bersifat bakteri
ostatik merubah tegangan permukaan yang ada sehingga bakteri tidak dapat
menyesuaikan diri dan terhambat pertumbuhannya.
Salah satu cara pengujian desinfektan yang umumnya dipakai
di laboratorium dalah metode pengeceran dimana kekuatan desinfektan dinyatakan
dengan koefisien fenol. Metode koefisien fenol merupakan uji yang telah
dibukukan dengan baik. Dalam metode ini, mikroorganisme uji dimasukkan dalam
larutan fenol murni dan larutan zat kimia yang akan di evaluasi pada berbagai
taraf pengenceran. Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan dan
dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan
pengenceran terhadap aktivitas larutan zat kimia dengan pengenceran tertentu
yang sedang diuji.(Schlegel dan Schmidt,1994)
C.
MATERI DAN
METODE
o Alat dan Bahan
1.
Desinfektan
2.
Cawan Petri
3.
Tabung Reaksi
4.
Aquades
5.
Medium NA
6.
Kapas Steril
7.
Pembakar Bunsen
8.
Inkubator
o Cara Kerja
1.
Tangan Dicuci dengan air kran
kemudian diolesi kapas steril.
2.
Kapas dimasukkan kedalam 2 tabung
berisi aquades steril, dari tabung ke-1 diplanting sebanyak 0,1ml ke dalam
medium PCA.
3.
Tabun ke-2 diplanting 0,1ml ke
medium PCA.
4.
Tangan desinfeksi dengan desinfektan
yang ada selanjutnya lakukan cara yang sama seperti cara kerja 2 dan 3.
5.
Sampel diinkubasi 2X24 jam pada suhu
37 C.
D.
URAIAN
HASIL PRAKTIKUM
1.
Hasil
Praktikum
a.
Kontrol
Terdapat koloni yang jumlahnya lebih sedikit dari hasil yang
dilakukan desinfektan.
b.
Air kran
Terdapt dua jenis koloni berwana agak putih dan berwarna
kuning.
c.
Desinfektan (Lifebouy)
Terdapat bakteri dalam satu koloni yang brejumlah paling
banyak dan berbentuk bintik-bintik.
2.
Evaluasi
Hasil Praktikum
Desinfekatan merupakan suatu unsur kimia yang digunakn untuk
mematikan jasad renik pada permukaan, tetapi terlalu beracun untuk dipakai
langsung pada jaringan. Penggunaan desinfektan harus memperhatikan sifat
beracun atau tidaknya bahan tersebut pada jaringan menyebabkan rasa sakit atau
tidak, memakan logam atau tidak, dan stabil atau tidak stabil.
Mikroorganisme yang ada di sekitar kita dapat menyebabkan
banyak bahaya, penyakit dan kerusakan. Mikroorganisme tersebut disingkirkan
atau dihambat pertumbuhannya atau bisa dibunuh. Salah satunya dengan bahan
kimia yang disebut desinfektan. Bahan anti mikrobial kimia tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tujaun golongan utama yaitu fenol dan persenyawaannya,
alkohol, halogen, logam berat dan persenyawaanya, detergen, aldehida, dan
kemosterilisator gas. Namun yang digunakkan dalam praktikum mikrobiologi yaitu
alkohol 70%, antis, hand soap cair, sabun sirih, detol cair, tisu basah, sabun.
Dalam praktikum kali ini kelompok kami mendapat bagian sabun lifebuoy sebagai
desinfektan.
Sabun adalah ikatan antara Natrium atau Kalium dengan asam
lemak tinggi dan bersifat germicida walaupun tidak begitu kuat, misalnya
terhadap Pneumococcus dan Streptococeus, sedangkan bakteri-bakteri lainnya
lebih tahan. Sabun juga menyebabkan menurunnya tegangan permukaan, sehingga
mikroba mudah terlepas dari kulit atau pakaian. Berbagai zat yang bersifat
germicida sering ditambahkan pada sabun. (Indah, 2003)
Ciri-ciri desinfektan yang ideal adalah sebagai berikut :
- Harus bersifat mikrobial
- Stabil
- Mudah homogen
- Tidak beracun pada manusia
- Aktif pada suhu kamar
- Tidak menimbulkan karat
- Dapat menghilangkan bau
- Bersifat sebagai detergen
- Tidak mudah bereaksi dengan tanah organic
- Harganya harus lebih murah dan terjangkau
- Kemampuan untuk menembus kelarutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja desinfektan
diantaranya yaitu:
- Kadar Desinfektan
Konsentrasi desinfektan tergantung pada bahan yang akan
didesinfektan dan pada organisme yang akan dihancurkan. Konsentrasi yang tinggi
dapat membunuh mikroorganisme tetapi jika kosentrasi rendah maka hanya sebatas
menghambat pertumbuhannya saja tidak mampu mematikan.
- Waktu yang Diberikan Kepada Desinfektan Untuk Bekerja
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak
variabel, tetapi waktu yang cukup bagi desinfeksi untuk bekerja sangat membantu
dalam menghambat atau membunuh mikroba.
- Suhu Desinfektan
Semakin tinggi suhunya maka kerja desinfektan semakin cepat
Dan meningkat.
- Keadaan Medium sekeliling
Ph dan adanya benda asing yang mungkin dapat mempengaruhi
kerja desinfektan disamping itu juga pengaruh dari jumlah dan tipe
mikroorganisme yang ada dan keadaan desinfeksi.
Mekanisme pertumbuhan desinfektan terhadap mikroorganisme
adalah sebagai berikut :
- Kerusakan pada dinding sel
Struktur dinding sel dirusak dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai membentuk.
- Perubahan permeabilitas sel
Permeabilitas sel dirusak sehingga pertumbuhan sel terhambat
dan sel akan mati.
- Perubahan molekul protein
Protein akan terdenaturasi dan asam-asam nukleat rusak tanpa
adanya perbaikan strukturnya kembali seperti semula.
- Penghambat kerja Enzim.
Reaksi biokimia terhambat dan menyebabkan metabolisme
terganggu atau sel akan mati.
Dalam praktikum ini desinfektan yang kami gunakan yaitu
sabun tidak dapat mematikan bakteri seratus persen karena masih ditemukan
beberapa bakteri.
E.
KESIMPULAN
- Desinfektan adalah agen atau zat kimia yang digunakan untuk proses desinfeksi.
- Desinfeksi adalah yang bersifat membunuh, mencegah atau memindahkan mikroba.
- Mekanisme pertumbuhan desinfektan terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut:
- Kerusakan pada dinding sel
- Perubahan permeabilitas sel
- Perubahan molekul protein
- Penghambat kerja Enzim.
- Dalam praktikum ini desinfektan yang kami gunakan yaitu sabun tidak dapat mematikan bakteri seratus persen karena masih ditemukan beberapa bakteri.
- Sabun adalah ikatan antara Natrium atau Kalium dengan asam lemak tinggi dan bersifat germicida walaupun tidak begitu kuat, misalnya terhadap Pneumococcus dan Streptococeus, sedangkan bakteri-bakteri lainnya lebih tahan.
DAFTAR REFERENSI
Dwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan,
Surabaya Entgang, Indah. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT. Citra Aditya
Bakti. Bandung Fardiat, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta Jawetz, MD Ernest. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Kusharyanti, Dyah Fitri. 2008. Petunjuk
Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Biologi Unsoed. Purwokerto Lay, Bibian. 1990.
Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia
Jilid I. Erlangga. Jakarta Miller, Larussa DJ dan Deinzer ML. 1982. The Acute
Toxic Ity of Monochloropredixin and Beand H. Hidroxy Namochlora Diphenil Eter
In Mice Toxica, Environ Health; 10 (4-5): 699-797 Pelazar, MJ. Dan Ecs Chan.
1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. UI Press. Jakarta
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment